Rabu, 09 Oktober 2019

KEBODOHAN NEGERI INI

         Pembodohan di negeri ini korupsi telah bangkit kembali untuk menjajah negeri sendiri. Korupsi adalah kata yang demikian akrab di telinga kita. Hampir setiap hari, kata itu muncul dalam diskusi dan berita-berita di media massa. Salah satu sebabnya tentu saja kasus-kasus korupsi yang seolah tiada henti. Apalagi sebagian melibatkan tokoh-tokoh negeri 
Hukum di negara ini memang tidak adil, para pejabat negara yang korupsi hanya diberi hukuman beberapa tahun saja. Tak hanya itu, walaupun sudah menjadi tahanan namun mereka masih tetap dihormati, dijemput dengan mobil mewah dan dilayani dengan baik, bahkan ruang tahananpun diberi fasilitas yang memadai. Tak ubahnya para koruptor itu hanya berpindah kamar saja, sebab di dalam tahanan pun segala fasilitas mewah dipenuhi. Padahal seharusnya mereka dihukum dengan seberat-beratnya agar para koruptor jera dan tidak ada lagi pejabat yang melakukan hal tersebut.

Sebaliknya dengan nasib rakyat miskin. Demi mencari sesuap nasi saja begitu susahnya. Rakyat yang terpaksa melakukan kesalahan yang tidak seberapa demi mengisi perut dihukum dengan berat, bukan hanya beberapa tahun saja bahkan puluhan tahun. Memang sungguh ironis nasib rakyat kecil di negara ini. Meskipun ada sederet program untuk mengentaskan kemiskinan, namun faktanya masih saja banyak rakyat miskin hampir di seluruh pelosok tanah air ini. Padahal dana yang dialokasikan untuk rakyat miskin ini tidaklah sedikit dan dimana "KPK pemberantas korupsi di lenyapkan oleh para petinggi negeri."


Dan kulihat sendiri
Dan kupandangi ratapan
Anak kecil bernyanyi
Berlalri tuk dapati segenggam mimpi
Mereka yang berpakaian rapi

Yang mengandalkan profesi
Mereka yang selalu berdasi
Ternyata yang membodohi



Desa Luka Negara 😤

Pengangguran merebak luasKemiskinan merajalelaPedagang kaki lima tergusur teraniayaBocah-bocah kecil merintihmelangsungkan mimpi di jalananBuruh kerap dihadapi penderitaan
Inilah negeri kitaAlamnya kelam tiada berbintangDari derita dan derita menderita
Sampai kapankah derita ini Yang kaya darah dan air mataYang senantiasa mewarnai bumi pertiwi